SIA Penjualan Kredit


File yang berikut saya lampirkan ini adalah contoh tugas Sistem Informasi Akuntansi jilid II. Tugas kelompok dengan dosen Bapak Triyono, dengan judul Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit.

http://downloads.ziddu.com/download/24096833/Tugas-SIA-word.docx.html
http://downloads.ziddu.com/download/24096833/Tugas-SIA-word.docx.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Rafting Ello Magelang ala Mahasiswa

Mas Albi, Mira, Shelly, Aku dan Mas Fandi


Sejak libur semester 4 kemarin, aku sempat ditawarin untuk rafting sama kakakku (mas Fandi.) Namun saat itu terkendala waktu, karena liburan kemaren aku juga berencana untuk pergi ke Jakarta bersama teman-temanku. Sampai akhirnya realisasi untuk rafting tertunda terus hingga kami (aku, Mira dan Shelly) masuk kuliah semester ganjil ini. Belum lagi juga kesibukkan mamas (sebutan untuk kakakku) yang bekerja hingga hari Sabtu. Akhirnya, kami memutuskan untuk hari Minggu, 21 September 2014 meluangkan waktu kami untuk rafting di Citra Elo, Magelang. Walau kesannya sedikit tergesa-gesa dan cepat dari rencana semula yang memilih tanggal 19 Oktober 2014.
Cukup deh sebagai prolognya hehehe, ok?!
Banana Boat ala Pak Supardi
Pagi itu, kami janji untuk kumpul dirumahku pukul 07.30 karena sesuai dengan pemesannya kemaren pukul 08.00 kami harus sudah tiba di Citra Elo. Sesampainya disana mamas melengkapi segala administrasi dan kita menunggu sembari berfoto-foto sebelum akhirnya harus naik angkot untuk datang ke start point Sungai Elo di daerah Blondo. Kalau tidak salah sekitar jam 09.00 selepas kita dapat wejangan dari para pemandu, satu per satu naik ke perahu karet. Kebetulan kami mendapat pemandu bernama Bapak Supardi. Awalnya kami sedikit canggung untuk memulai obrolan (maklum namanya juga pertama kali rafting jadi harus menyiapkan mental dulu hehehe.) Nah, Pak Supardi memulai obrolan dengan menanyakan rombongan kita dari mana, kemudian kami saling menjawab dan bertanya secara bergiliran. Niat kami baik untuk lebih mengenal pemandu di perahu karet kami (biar kelihatan akrab gitu), karena perjalanan sungai Elo yang mencapai panjang 12,5km hingga ke finish point pastinya akan memerlukan waktu 2-4 jam perjalanan. Syukurnya Pak Supardi adalah pemandu yang cukup kocak dalam memandu perjalanan kami. Beliau begitu jail selama di perjalanan, misalnya saja beliau ini sempat diam-diam menarik pelampung Shelly yang saat itu sedang asyik mendayung hingga akhirnya dia jatuh ke sungai. Bukan hanya Shelly saja yang mendapatkan kejailan dari Pak Supardi ini, sempat beliau mengajak kami untuk merasakan banana boat. Ntah kami yang polos atau memang mudah untuk dijaili, kemudian beliau menyuruh kami  untuk duduk dipinggir perahu semua. Saat itu juga ketika kami melaksanakan perintah dari Pak Supardi, tiba-tiba kapal kami terbalik dan begitulah trik dari Pak Supardi untuk menjatuhkan kami semua ke sungai.
Makan Snack
Sudah berapa kali kami terjatuh dari perahu tersebut, begitu ramainya kita dari pada perahu-perahu yang lain karena selain pemandu yang jail kami satu sama lain pun tarik menarik untuk menjatuhkan ke sungai. Awalnya kita berangkat di depan, tapi karena kejailan kita ini perahu kami ada di urutan paling belakang dari rombongan Citra Elo. Sekitar 5-7km kami akhirnya dipersilahkan untuk istirahat sejenak menikmati snack yang sudah dipersiapkan dari pihak Citra Elo. Sembari itu pula kami berfoto lagi untuk melengkapi dokumentasi kita. Badan basah kuyup, dingin dan kelaparan ini yang memutuskan kami untuk tidak terlalu lama berhenti dan melanjutkan jalur berikutnya. Masih dalam kejailan Pak Supardi, kami diberi opsi untuk terjun sendiri ke sungai atau Pak Supardi sendiri yang ingin menjatuhkan kami ke sungai. Yaa, karena aku pribadi tidak mau minum air sungai Elo yang sudah banyak masuk kedalam perut, akhirnya memutuskan untuk turun sendiri dan berenang menikmati sungai Elo. Kami berlima memutuskan untuk turun sendiri dari perahu dan berenang sambil dilihatin para rombongan yang lewat sambil tersenyum melihat tingkah kami ini. Sungguh pengalaman yang asyik dan patut untuk dicoba, terlebih diantara kami berlima ini yang pandai berenang hanyala Mas Albi dan pemandu Pak Supardi. Bermodalkan nekat, niat dan penasaran ini kami akhirnya memutuskan untuk mencoba rafting di Citra Elo.
Makan siang selesai rafting
Bukan kecepatan dan siapa yang paling di depan dalam rombongan yang kami utamakan saat itu. Bagaimana tidak, baru beberapa jam mendayung pun kami sudah tidak kuat lagi untuk mendayung terlebih aku, Shelly dan Mira. Kami hanya duduk diatas perahu menikmati pemandangan sungai Elo dan membiarkan mamas, Mas Albi dan Pak Supardi mendayung perahu kami (hehehe.) Jatuh berulang kali dari perahu, minum air sungai Elo berapa kali kami rasakan, dan rasa capek kami mendayung perjalanan 12,5km ini akhirnya kami selesaikan sekitar 4 jam (hehehe maklum paling belakang dan lama bermain-main) telah dibayarkan dengan menu makan siang yang sudah dipersiapkan dengan menu ayam bakar, sayur, buah dan minum.
Perlu diketahui bagi kalian,
Kami memilih paket Rp. 150.000 @orang
Dengan fasilitas:
  • Sertifikat
  • Snack
  • Makan Siang
  • Foto (soft file) + 10 cetak
Bagi kalian yang mungkin ingin mencoba dan berstatus mahasiswa seperti kita ini, pilihan paket tersebut cukup terjangkau. Meski sebenarnya fasilitas yang lebih bagus juga disediakan.
Selamat mencoba Rafting di Citra Elo ya...

foto rafting 1
foto rafting 2

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Studi Kasus SPM 1


Penerbangan Delay, Calon Penumpang ‘Sandera’ Manajer Lion Air

Dalam artikel diatas peran dari seorang manajer sudah tepat karena manajer saat itu sedang menjalankan tugasnya di bandara Soekarno Hatta. Memantau sistem penerbangan Lion Air yang saat itu memang sedikit kacau jadwal penerbangannya.  Perlu diketahui Lion Air adalah salah satu maskapai penerbangan yang menawarkan harga yang terjangkau bagi para konsumennya. Hanya saja kekurangan maskapai tersebut adalah terkendalanya jadwal rute penerbangan (yang saat itu terjadi.) Lion Air memiliki lebih dari satu rute dalam sekali penerbangan, dengan rute kota-kota besar di Indonesia. Hal ini yang menyebabkan Lion Air sering terjadi delay saat penerbangan.
Manajer Lion Air saat itu berusaha untuk membantu para penumpang agar tidak risau menunggu kepastian dari pihak bandara. Hal ini dilakukan karena manajer Lion Air  tidak ingin membuat para konsumen kecewa dengan pelayanan Lion Air (tujuan organisasi.)  Sikap manajer Lion Air (action controls) memberikan penjelasan mengenai keterlambatan bagi para penumpang sudah benar, meski direspon negatif oleh para penumpang karena ketidakpuasan dalam penyampainnya.
Bila dibandingkan dengan maskapai yang lebih unggul seperti Garuda Indonesia, jelas Lion Air merupakan maskapai dibawahnya. Meski sama-sama melayani rute penerbangan, setidaknya untuk maskapai Garuda tidak memiliki banyak rute dalam sekali penerbangan (system dari Garuda.) Kualitas, keamanan dan kenyamanan penumpang menjadi prioritas utama dalam maskapai Garuda yang rata-rata menjunjung tinggi kalangan menengah ke atas. Bukan berarti sebaliknya, Lion Air mengusung jargon 'We Make People Fly' dengan biaya yang terjangkau. Lion Air juga melihat daya beli masyarakat Indonesia masih belum siap untuk penerbangan dengan satu rute saja. Hal ini yang dapat dilihat dari Lion Air untuk melirik pasar konsumen di Indonesia dengan pendapatan perkapita yang diatas rata-rata. Memanfaatkan peluang dari kalangan kelas menengah untuk dapat menikmati pelayanan penerbangan di Lion Air.
Dengan demikian, system penerbangan dari maskapai Lion Air ini masih dibilang labil karena belum bisa melayani rute penerbangan dalam sekali jalan. Ketika disatu bandara tujuan sedang terjadi masalah dan pesawat sudah bersiap untuk lepas landas, maka seketika saat itu terjadi delay pada Lion Air. Sistem inilah yang mungkin harus segera diperbaiki oleh pihak Lion Air, sebab melihat masyarakat yang mulai melirik maskapai yang cukup terjangkau ini dapat memberikan peluang pasar yang baik bagi Lion Air. Memperbaiki rute perjalanan agar tidak saling bertabrakan jika salah satu bandara sedang terjadi hambatan.

                Sumber:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Menambahkan File di Blog Untuk di Download Orang

Susah-susah gampang ternyata untuk mempelajari bagaimana cara menambahkan file kedalam blog, sehingga dapat di download oleh orang lain. Mumpung juga aku masih libur kuliah, aku sempetin buat belajar hal tersebut. Mungkin ini efek dari seringnya aku sebagai mahasiswa untuk mengambil materi dari website, blog, atau wordpress dari dosen di internet. Mudahnya dosen membuat suatu halaman di internet yang berisikan mengenai materi kuliah, tugas bahkan nilai, sehingga mahasiswa harus rajin-rajin mengunjungi halaman web dari doesen tersebut.
Kebetulan juga Papi juga seorang guru, untuk itu aku menceritakan hal tersebut dengan berharap Papi juga dapat meniru langkah modern dari dosen-dosen kuliahku di Jogja. Papi lebih efisien jika ada yang meminta file, tidak perlu lagi membuka e-mail untuk mengirimkan file tersebut. Jadi orang yang ingin meminta file dari Papi hanya perlu untuk membuka blog milik Papi dan mendownload sendiri file mana yang ingin di dwonload. Aku berharap juga Papi lebih mudah melakukan hal ini, meski harus dengan bantuanku untuk membuat akun Gmail, Blog dan akun Ziddu sebagai media file transfer.
Bagi kalian yang mungkin juga baru belajar, berikut ini ada langkah-langkah membuat blog dan login Ziddu yang akan aku lampirkan lewat sebuah LINK yang mungkin bisa kalian download dan pelajari sendiri, semoga bermanfaat yaa...
1. http://downloads.ziddu.com/download/24029826/Cara-Login-Ziddu.docx.html 
    Link diatas itu untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu ke Ziddu, agar file yang ingin kita upload
    di blog bisa di download orang lain
2. http://downloads.ziddu.com/download/24029827/Cara-Membuka-BLOG.docx.html
    Link yang diatas ini cara untuk membuka blog, maklum karena Papi belum begitu bisa membuka
    blog hehehe

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Holiday at Ngobaran Beach, Gunungkidul

Mbak Ida, Aku, Mbak Asih, dan Mbak Ikha


 Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta merupakan salah satu kabupaten di Yogyakarta yang banyak diminati oleh para pelancong karena lokasinya yang berdekatan dengan pesisir pantai. Apa lagi dibulan ramadhan saat itu dimana kami semua sedang menikmati libur semester genap ini, menyempatkan waktu untuk menikmati indahnya pantai di daerah Gunungkidul.
Sepakat kami satu kos untuk berangkat ke Gunungkidul karena dapat tawaran ke pantai sekaligus berkunjung ke rumahnya Mbak Lina. Maklum, meski satu kos dengan mbak-mbak itu kesempatan kami untuk bersama-sama meluangkan waktu sedikit agak susah untuk mengaturnya, kesibukkan satu sama lain yang terkadang sulit untuk menyempatkan waktu pergi bersama.
Singkat cerita...
Ntah kenapa jalan Patuk, tepatnya jalan raya, berliku, curam, ramai dan sempit yang dilewati kendaraan setelah gapura selamat datang di Kabupaten Gunungkidul itu membuat jantung aku dagdigdug. Dulu pernah disitu aku ketilang polisi bersama Shelly dan sekarang secara tidak sengaja aku menabrak kucing yang sungguh-sungguh membuatku shock! Kaget, takut dan bingung harus berbuat apa saat itu, setelah menabrak kucing itu aku hanya bisa berhenti, diam, dan melihat kucing itu terkapar ditengah jalan hingga akhirnya diambil oleh seorang cewek yang kebetulan berada dipinggir jalan itu.Segala macam mitos dari mbak-mbak pun langsung terngiang-ngiang dipikiran dan telingaku, duh. Langsung malamnya aku bercerita dengan Dion dan alhamdulillah dia menenangkan aku dengan membaca Al-Qur'an bersama-sama (meski sebelumnya diomelin dulu sama dia.)
Aku, Mbak Ida, dan Mbak Lina di Pantai Ngobaran
Aku tidak mau menjadi beban tersendiri akan kejadian itu, niatku datang kemari hanyalah untuk bersilaturahmi dengan keluarganya Mbak Lina dan menikmati pantai di Gunungkidul bersama mereka. Setibanya kami dirumahnya Mbak Lina sekitar pukul 13.00 dengan jalan yang panas disertai kami sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan, kami memutuskan untuk pergi ke pantai Ngobaran. Perjalanan sekitar 30 menit dari rumahnya Mbak Lina tak terasa lelahnya hingga kami tiba disana. Sungguh pantai yang bukan hanya sekedar pantai biasa, disana terdapat semacam pura layaknya di pantai Kuta dengan suara ombak dan pasir putihnya yang sangat disayangkan jika terlewati begitu saja. Masih dibilang sepi saat itu karena bertepatan dengan puasa Ramadhan ini yang mungkin banyak orang enggan untuk berkunjung ke pantai. Sekitar pukul 16.00 kami memutuskan untuk pulang karena saat itu kami belum shalat Ashar. Perjalanan pulang menuju rumah Mbak Lina, kami diajak melewati jalan pedesaan yang dimana jalan itu melewati hutan, dengan jalan masih berbatu dan motorku vario matic yang benar-benar terasa panas pantatku (saking jauh dan lamanya di perjalanan.) Benar-benar ini ulahnya Mbak Lina yang usil dan sengaja untuk melewati jalan itu, namun diluar dugaan setibanya kami keluar dari jalan yang berbatu itu motor Mbak Lina kempes dan tidak bisa jalan (ada rasa senengnya sih karena uda berhasil membuat pantatku ini panas hahaha.) Untungnya jalan keluar itu dekat dengan Pantai Kodok yang dulu pernah aku datangi dan merupakan pantai yang mungkin masih alami karena belum begitu familiar ditelinga para wisatawan. Kami sempat singgah di pantai itu hingga sekitar pukul 17.00 kami memutuskan untuk pulang dan menjalankan ibadah shalat Ashar di rumahnya Mbak Lina.
Alhamdulillah kami masih bisa menyempatkan berbuka bersama dirumahnya Mbak Lina hingga dapat ikut shalat trawih di desanya Mbak Lina. Cukup kaget shalat trawih disana, dengan shalat Isya' 4 rakaat dan trawih 11 rakaat pukul 19.30 kami sudah selesai semuanya, padahal kalau di Jogja pukul 20.00 itu uda cepet shalat trawih selesai. Tapi sayang, malam itu yang merasakannya hanya aku, Desi (adeknya Mbak Lina) dan ibunya karena mbak-mbak ada yang masih mandi dan tidak bisa ikut shalat karena halangan. Inget juga saat itu, kami satu kos memang tidak bisa melewatkan salah satu sinetron Ganteng-ganteng Serigala dimana saat itu kami menonton acara tersebut harus menumpang kerumah neneknya Mbak Lina. Lucu memang kami bela-belakan untuk menumpang hanya untuk sebuah sinetron, tapi yaa bagaimana lagi ini lah kami dengan segala keunikan yang ada di kos 217 hehehe. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk tidur karena malamnya kami harus sahur dan keesokan harinya kami harus kembali ke Jogja pada pukul 08.00 dimana kami semua sepakat untuk tidak mandi pagi sampai tiba di kos hehehe (ini juga ciri khas kami 217 hehe.)
Bersyukur bisa bersama dengan mereka, karena aku tahu bahwa kelak kami tidak bisa seperti ini lagi. Kami semua anak perantauan yang kebetulan tinggal bersama-sama di kos 217 dan suatu saat nanti kita akan berpisah. Aku tidak ingin melewatkannya begitu saja, aku ingin punya cerita dan pengalaman yang sangat berkesan dengan mereka. Karena dengan mereka, aku seperti berada di dalam sebuah keluarga yang saling menyayangi, peduli dan perhatian satu sama lain. Jika kelak tiba waktunya untuk berpisah dengan mereka, aku hanya ingin mereka tahu bahwa mereka akan selalu menjadi salah satu hal yang terpenting dan berkesan didalam kehidupanku.
Dengan merekalah aku selalu merasa tinggal bersama keluargaku sendiri
Terima kasih mbak-mbak atas liburannya kali ini, sangat berkesan!
Mbak Lina, Aku, Mbak Asih, Mbak Ida, Mbak Ika, dan Desi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

"Mbak" dan Efek Sampingmu

Semenjak ibu meninggal sejak aku umur 9 tahun, efeknya baru kerasa saat-saat ini. Dulu aku sudah terbiasa ada sosok "mbak" (pembantu) didalam rumah yang selalu mengerjakan pekerjaan rumah. Mulai dari bersih-bersih, mencuci, menyetrika dan masak. Hanya saja setelah ibu meninggal dan papi sempet jadi single parent, seketika semua urusan pekerjaan rumah papi yang nanggung. Aku masih kecil saat itu, kelas 4 SD dan kakakku kelas 1 SMP. Urusan bersih-bersih, mencuci dan menyapu masih bisa kami tangani tapi kalau urusan dapur selalu papi yang mengurusnya. Tak selang setahun kemudian, kami dapat "mbak" lagi yang mau menyelesaikan pekerjaan rumah, setidaknya beban papi sedikit berkurang. Adanya mbak sangat membantu terlebih urusan rumah dengan kondisi saat itu tidak ada sosok seorang ibu dirumah.
Kebiasaan itulah yang kini sangat bisa aku rasakan efek sampingnya. Semenjak ibu meninggal dan ketergantungan karena adanya "mbak"  inilah yang membuat aku sampai saat ini belum begitu mahir terlebih untuk urusan dapur. Gimana tidak, sejak kecil sudah tidak ada ibu yang dapat aku temani di dapur dan semenjak itulah ketergantungan urusan dapur diserahkan ke "mbak."
Nah, sekarang? Setelah aku beranjak dewasa ini, yang kelak akan membangun sebuah keluarga? Tidak bisa membedakan mana itu merica, ketumbar dan miri?
Sungguh memalukan... 
Yaa, memalukan memang seorang cewek belum bisa memasak huft..
Jujur aku merasakan itu, beban tersendiri dalam hidupku jika kalian tahu. 
Aku malu ketika teman-temanku bercerita tentang kesibukannya mereka dirumah untuk memasak. Merasa di tampar keras kalau aku denger itu. Belum lagi kalau melihat bagaimana temanku membuat sebuah masakan yang kemudian disajikan buat kita semua orang-orang disekitarnya atau lebih nyesek lagi kalau melihat teman kita asyik berada didapur bersama ibunya untuk membuat masakan bersama-sama bagi kita semua, yang pasti bangga dan memiliki kepuasan tersendiri, dan sedangkan aku? Aku didalam hati hanya bisa menunduk malu..
Bagaimana aku bisa memasak jika dari dulu hidup aku sudah seperti ini. Dimanjakan oleh "mbak" dan tidak memiliki ibu yang kebanyakan dari teman-temanku jika mereka bisa memasak karena dibantu oleh ibunya. Sedangkan aku? Kepada siapa aku harus bertanya?
Aku inget betul kalau dulu ibuku pandai memasak, beliau bahkan mengoleksi berbagai alat-alat dapur yang sebagian kini masih tersimpan. Bahkan kalau uda mendekati lebaran, ibu selalu membuat kue kering sendiri, kadang yang harusnya berbentuk bunga malah dibuat bentuk mobil sama papi atau mas saat itu.
Jujur, aku sering membayangkan kalau masih ada ibu mungkin aku bisa seperti mereka, Membuat masakan yang nantinya akan aku sajikan buat kalian semua dan yang pasti kalian akan ketagihan karena resep dan bantuan dari ibu. Sayang itu hanya berandai-andai...
Kini hidup aku berbeda, aku harus memulai dari NOL untuk menghafal semua jenis rempah-rempah didapur. Tanpa bantuan ibu yang tidak mungkin bisa membantuku. 
Ini mungkin cerita yang sepele tapi apa pun itu jangan dianggap enteng karena aku tau meski aku telah terlambat untuk belajar memasak, hal itu harus tetap aku pelajari dengan perlahan. Kelak itu akan sangat bermanfaat ketika aku telah berkeluarga besok. Meski aku tidak bisa menyajikan masakanku sekarang buat orang-orang disekitar tapi aku akan berusaha akan menyajikan masakanku untuk keluarga kecilku besok!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

MPT Akmil '14

Cincin Paja (Perwira Remaja)
Mungkin sedikit terlambat untuk menceritakan tentang kisahku yang berikut ini. Jumat, 20 Juni 2014 ada acara Malam Pengantaran Tugas (MPT) di Akmil, Magelang. Bagi kalangan orang awam seperti aku ini, acara itu sama sekali belum ada bayangan dibenakku. Jauh jauh hari sebenarnya cowokku telah memberitahukan kalau ada acara tersebut hanya saja ketika aku bertanya seperti apa gambaran acaranya dia menjawab acara kumpul biasa, dihadiri oleh pejabat Akmil, acara kesenian bahkan artis ibu kota dan terakhir dia bilang ada pemberian cincin bagi rekanitanya (pasangannya.) Jujur aja, saat itu aku ragu meskipun pada akhirnya aku mati-matian buat mempersiapkannya. Gimana tidak, selama ini aku selalu menolak ketika diajak datang keacara yang berhubungan dengan almamaternya. Sampai pada akhirnya pun aku menerima tawarannya untuk datang di acara MPT itu. Niatnya ingin menemani cowokku yang saat itu memang segera selesai pendidikannya dan akan segera dilantik di AAU Yogyakarta. 
Sore itu sekitar pukul 16.00 dia datang kerumah untuk menjemputku. Dia datang dengan mengendarai mobil avanza yang ternyata dia bela-belain sewa hanya untuk menjemput dan mengantarkanku. Sebelum akhirnya kita masuk kedalam Akmil, kita menyempatkan untuk mampir ke sebuah warung makan. Disitulah aku mengungkapkan kegugupanku kala itu, sungguh detak jantung saat itu berasa berdetak cepat seperti sedang jatuh dari lantai 100. Rasa minder dan gugup kala itu benar-benar baru aku rasakan. Mengeluh, mengeluh dan mengeluh pun aku lakukan di dekat cowokku hingga akhirnya cowokku pun meyakinkan aku untuk tetap percaya diri (padahal saat itu aku benar-benar minder dengan penampilanku sendiri.) Huft, cepat atau lambat aku pikir-pikir aku akan segera menghadiri acara tersebut dan kalau toh aku tidak percaya diri, mungkin saat itu pun aku tidak bisa memberikan yang terbaik buat cowokku.
Acara dijadwalkan dimulai pukul 19.00-22.00 dan ada apel malam bagi para taruna pukul 24.00. Aku tiba didalam sekitar pukul 17.30 di dalam sebuah ruang makan yang berisi para taruna beserta rekanitanya. Dandan mereka bak ratu semalam dan benar-benar fashionable. Bahkan mereka ada yang bela-belain pergi ke salon untuk datang ke acara MPT itu. Jujur aku bukanlah orang yang fashionable bahkan cenderung sedikit cuek. Hingga akhirnya acara di mulai sekitar pukul 19.00 di salah satu gedung disana. Singkat cerita, kami berdua jalan beriringan menyusuri luasnya gedung.
Banyak acara yang mengandung kesenian budaya, ada juga acara ketika semua lampu mati dan hanya diterangi oleh lilin yang dibawa oleh para taruna yang berbaris sangat apik (benar-benar terharu hingga meneteskan air mata saat itu.) Sambutan dari pejabat, hiburan dan diakhiri dengan sebuah nyanyian sapta marga dimana semua tamu undangan diharuskan berdiri untuk menghormati lagu yang dinyanyikan langsung dari semua taruna. Ntah berapa kali aku dapat meneteskan air mata, bahkan dari awal acara hingga akhir acara selesai dia tak henti-hentinya menggenggam tanganku. Oiya, diitengah-tengah acara itu aku teringat dia meminta untuk dipasangkan cincin dijari manisnya dan begitu pula sebaliknya denganku. Sungguh, aku tidak menyangka dia melakukannya (berasa seperti dilamar hehe.) Seketika rasa minder dan gugup pun menghilang seketika diganti dengan rasa syukur dan bangga bisa menemaninya hingga dia selesai pendidikan. Karena saat itu acara selesai tepat waktu, dia bela-belain untuk mengantarkanku pulang kerumah, meski saat itu ada acara apel malam bagi para taruna pukul 24.00. Syukur alhamdulillah, dia sosok yang penuh tanggung jawab, dia yang menjemputku dan dia pulalah yang sempat mengantarkanku hingga depan rumah.
Terima kasih atas nikmat dari Allah SWT yang telah mempertemukan aku dengannya..
Terima kasih juga aku telah diberi kesempatan untuk menemaninya selama ini...
Terima kasih juga untuk cincin paja ini..
Cincin yang mungkin tidak semua orang memilikinya,
Cincin yang mungkin sangat aku jaga,
Dan meski hanya sebuah cincin, tapi bagiku cincin ini adalah sebuah makna keseriusan darimu, ntah bagaimana kamu memaknainya tapi yang jelas bagiku cincin ini sangat bermakna...

Selesai acara

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Teman Sederhana-Seperjuangan "Jogja-UTY"

Reza, Aida, Rahmat dan Aku
Jika di cerita sebelumnya aku menceritakan sahabat-sahabatku seperti Andre, Adhe, Sheli dsb, kini aku menceritakan kehebohan teman-temanku yang satu ini. Mereka adalah teman dekat yang aku temui selama aku kuliah di Jogja. Segala macam jenis tugas yang diberikan oleh dosen asalkan itu tugas kelompok, mesti selalu ada mereka untuk menjadi partnerku.  Yaa.. mereka dekat denganku sejak semester 3
Cukup mungkin prolognya, biar ceritanya lebih spesifik lagi...
Dimulai dari Reza..
Asal dia dari Temanggung, selain sibuk dengan kuliah dia juga sibuk dengan urusan pondok. Maklum aja dia berbeda dengan kebanyakan para mahasiswa perantauan lainnya, karena dia kuliah sambil belajar agama di pondok pesantren. Image pertama tahu dia anak pondok pesantren pastinya alim, tapi ternyata sekian lama aku kenal dengannya sisi alimnya pudar hahaha. Lucu memang karena justru image "mesum" lebih cocok buat dia (ups.. jangan mikir jelek tentang temenku ini) Hanya sekedar kalangan kami saja yang tahu kenapa image itu muncul buat dia hehehe. Tapi yang pasti dia salah satu teman yang menurutku kuat, karena aku baru tahu bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Setidaknya pertemananku dengannya mengajari kita untuk belajar bukan hanya urusan duniawi (mahasiswa) tetapi juga urusan akhirat (sebagai sosok anak pondok pesantren) meski begitu disela-sela pertemanan kami dia selalu mengajariku tentang agama yang sesungguhnya
Kemudian Aida..
Mungkin kalau Aida pernah aku ceritakan sebelumnya di blog ini. Dia memang sudah lama dekat denganku sebelum aku dekat dengan Reza atau Rahmat. Hingga kini pun aku dengan Aida semakin akrab. Dia satu-satunya teman yang pernah aku kenal dengan segala kepolosannya, ntah apa pun yang kita bicarakan dia akan mengubah suasana tersebut menjadi lucu karena kepolosannya. Apapun alasannya aku tidak begitu paham dia polos atau memang sikap lugunya itu yang terkadang disaat aku benar-benar badmood dia  yang selalu bisa menghibur di Jogja, dia teman yang lebih tahu keadaanku di Jogja karena hampir setiap hari ntah itu berangkat/pulang dari kampus dia selalu bersamaku, bahkan sampai ada kegiatan apa pun itu aku selalu bersama dia. Mungkin memang Aida yang saat ini selalu membiarkan aku untuk tetap tersenyum bahagia di Jogja, meski keluarga, second family, dan pacar masih belum bisa selalu berada disisiku.
Dan terakhir yaitu Rahmat...
Oiya sebelumnya aku ingin menyampaikan kalau terkadang aku memanggil dia dengan sebutan Mamat atau Mamooth, maklum nama Rahmat dikelasku ada dua hehehe. Nah, ngomongin orang satu ini sama aja kita sedang berhadapan dengan search engine Google. Temanku yang satu ini benar-benar mirip dengan google, hal yang asing di telinga kita bahkan sesuatu yang mungkin belum terpikirkan dalam otak kita, dialah orang yang bisa menemukan jawabannya. Masih ingat ketika aku sedang bercanda bersama mereka dengan kata-kataku "pertemanan kita hanya sebatas tisu toilet, tipis" kemudian setelah itu, tiba-tiba Mamat teringat bahwa "ada yang lebih tipis dari tisu, yaitu rambut kita karena rambut kita paling tipis" Mungkin memang sedikit tidak nyambung dengan kata-kataku tadi, tapi justru itulah yang membuat suasana saat itu dibuat ketawa semua dengan sikapnya. Diantara kami berempat Mamatlah yang mungkin memiliki wawasan luas, dia bilang kalau dia senang membaca (yaah, meski bacaannya itu bukan buku kuliahan) Dia berasal dari Palembang, dia anak perantauan yang paling jauh dari kita berempat. Dia suka ceramah meski dia bukan anak pondok pesantren seperti Reza. Dia tidak mau dipanggil jomblo karena bagi dia jomblo itu nasib, dia lebih memilih single karena katanya lebih terhormat kedudukannya karena single adalah sebuah pilihan dari suatu hubungan. Makanya dialah orang yang selalu memberikan ceramah buat aku dan Aida ketika kami sedang sama-sama galau dengan pacar kami yang statusnya sama-sama LDR dan Mamatlah orang yang selalu paling semangat buat ceramah (sebenarnya uda kebal diceramahin sama dia tapi gimana lagi, tiap hari hampir ketemu sama mereka) Untuk urusan kemiripan, Mamat lebih mirip ke Reza, dulu waktu aku baru kenal dia, Mamat adalah sosok orang yang alim dan cool tapi ternyata oh ternyata kami kenal mesumnya dia 11:12 sama Reza
Mungkin suatu saat nanti aku bakalan lebih detail lagi buat menceritakan mereka di lain hari, tapi sekarang aku sangat berterima kasih dengannya. Kami berempat sama-sama anak perantauan yang mungkin sama-sama jarang bersama keluarga, jarang kembali menikmati kampung halaman dan jauh dari orang-orang yang disayang. Akan tetapi, kami di Jogja selalu bisa membuat suasana nyaman dan merasa berarti ketika kami sedang berkumpul bersama. Reza, Aida dan Mamat mereka adalah orang-orang yang senasib dan seperjuangan di Jogja ini, mereka adalah orang-orang yang selalu disisiku, dan meski aku jauh dari keluarga, second family dan pacar, merekalah yang selalu ada buat aku tersenyum. Ketulusan dan kesederhanaan dari merekalah yang selalu memberikan aku semangat di Jogja karena mereka tidak akan pernah bisa tergantikan.
Saat ini kami mempunyai mimpi...
Dan mimpi kami berempat adalah WISUDA SARJANA EKONOMI BERSAMA-SAMA!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Swalo versus Carvile



Foto Pertama Kali
WOW...
Mungkin adalah kata-kata pertama yang muncul ketika melihat kemesraan mereka berdua. Yaa, itu foto diambil ketika cowokku sedang bertugas di Jember selama satu bulan ini.
1 Juni 2014, awal dari tugas cowokku berangkat ke Jember dengan gabungan para anggota TNI saat itu, baik darat, laut, udara, beserta jajaran yang terkait dengan kegiatan disana. Sungguh hal yang mulia ketika tugas disitu dijalani dengan ikhlas, akan mendatangkan rasa bangga khususnya untuk diri sendiri. Mungkin hal itulah yang saat itu cowokku rasakan selama berada disana untuk menjalankan tugasnya saat itu. Alhamdulillah, komunikasi kita saat itu lancar meski terkadang signal saat dikapal tidak menentu.
Waktu demi waktu...
Selang beberapa minggu setibanya dia di Jember, sempat via telepon dia menceritakan bahwa disana dia bertemu dengan teman lamanya. Dia bercerita dengan semangat dan senang karena dapat bertemu dengan temannya disana. Salah satu temannya adalah cewek yang foto bersamanya, dia teman SMA yang kini bersekolah di IPDN. Awalnya aku bersemangat mendengar ceritanya karena aku tahu betapa senangnya kita ketika dapat bertemu kembali dengan teman lama kita.
Foto ke-2
Minggu-minggu akhir mendekati kepulangannya ke Magelang, komunikasi kita sedikit terganggu maklum mungkin semua itu juga kesibukannya dia disana dan begitu pula aku yang mempersiapkan untuk UAS semester 4 ini. Hanya karena hal kecil pun terkadang ketika kita sedang sibuk dengan urusan kita masing-masing justru dapat memicu emosi kita. Hal itu pula yang kita rasakan saat itu.
Awal ceritanya adalah ketika dia mengirimkan foto pertama dengan temannya. Ntah kenapa, meski mereka hanya berteman tapi perasaanku saat itu benar-benar kecewa untuk melihat foto tersebut. Sempet aku marah, sempet juga aku sedikit cuek dengannya karena melihat foto tersebut. Sempat juga dia meminta maaf  karena dia tahu bahwa apa yang dia lakukan itu adalah salah. Jujur saat itu aku maafkan sikap dia dan mungkin juga saat itu hati aku sedang sedikit emosi. Tapi, ntah kenapa selang sekitar seminggu berikutnya dia mengirimkan foto yang kedua kalinya, bahkan sampai ketiga kalinya dan dengan temannya tersebut. Hati siapa yang tidak sakit saat itu, senantiasa menunggu dan menjaga hati disini untuk sekedar berharap dia segera pulang tapi justru dia disana foto mesra dengan temannya itu. Bahkan aku sendiri pun semenjak menjalin hubungan dengan cowokku saat ini, foto bersama dengan sahabat cowokku sendiri pun aku tidak berani karena aku takut dia nantinya berpikir yang enggak-enggak.
Tapi semua itu membuatku teringat kembali, bahwa siapa aku dan siapa dia..
Aku sadar aku hanya seorang mahasiswa biasa, yang kuliah juga di salah satu perguruan swasta di Yogyakarta dan berteman dengan orang-orang biasa pula. Bukan seperti mereka...
Semenjak itu kita berantem selama 3 hari, hingga akhirnya dia meminta maaf kepadaku atas kesalahannya. Jujur, saat itu aku belum bisa menerimanya. Hati siapa yang tidak kecewa terhadap pasangannya, jika kita telah sepakat untuk hubungan jarak jauh dan saling menjaga hati satu sama lain tapi dia disana bersemangat menceritakan temannya dan berfoto mesra. Meski itu hanya sekedar teman, aku memahaminya. Tetapi, kenapa dia mengulanginya hingga mengirimkan foto tersebut 3x setelah foto yang pertama kalinya dia kirim aku sempat marah dan dia tahu jika aku marah atas sikapnya itu.
Foto ke-3
Mungkin dia tidak pernah bisa merasakan apa yang aku rasakan saat itu. Aku ingat sekali bahwa dia bangga dengan almamater yang ia pakai saat itu dan dia sempat berucap bahwa "aku tidak akan cemburu dengan siapa kamu disitu, aku hanya bisa cemburu jika kamu dekat dengan teman yang memiliki pangkat yang lebih tinggi dari aku"  Saat itu, jujur aku langsung teringat dengan kata-katanya itu. Kamu mungkin tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan karena kamu telah berucap seperti itu. Aku mungkin sangat kecewa saat itu, tapi aku tidak akan membalas apa pun meski kamu telah membuatku kecewa karena aku sadar aku hanya orang biasa disini, hanya orang yang bisa memberikan keikhlasan untuk bisa menyayangi orang yang benar-benar aku sayangi, tidak memandang dia itu siapa.
Semenjak dia mengirimkan foto tersebut, aku sempat bercerita dengan temanku. Temanku berkata bahwa "kamu harus sadar, dia itu siapa, kamu bagaikan sandal swalo yang banyak di toko-toko sekitar rumah sedangkan temannya itu bagaikan sandal carvile yang mungkin hanya dapat dibeli di toko-toko besar saja dan hanya orang-orang tertentu yang membelinya"
Aku hanya berharap dia tidak mengulanginya lagi
Aku berharap dia tulus menerima aku apa adanya
Aku berharap agar aku tidak di ingatkan lagi tentang siapa kamu
Karena aku tidak akan pernah bisa untuk jadi orang lain seperti mereka
Aku tetaplah aku... 
 



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Team S'koci

Faris, Kumle, Ogel, Aku, Miul
26 Maret 2014, kami mengikuti lomba BNI Marketers Bazaar di Lapangan PKKH Purnabudaya UGM, lomba ini kami ikuti dari pukul 08.00-18.00. H-1 sebelum acara ini dimulai kami benar-benar mempersiapkan keperluan kami dalam event ini. Pagi dari pukul 08.00 kami sudah tiba di rumahnya si Faris, karena kebetulan kami membuat Mochi dirumahnya. Yaaa, Mochi Ice Cream adalah produk yang kami perjualkan dalam event ini. Setengah mati kami mati-matian untuk perlombaan ini. Dengan niat dan tekad kami memberanikan diri untuk ikut meski kami yakin pesaing-pesaing yang juga ikut dalam event ini juga sangat kuat. 
Desain Baju Team Skoci
Bersama dengan mereka aku banyak mengambil pelajaran. Kami berlatih untuk dapat merasakan susahnya mencari uang dengan keringat kami sendiri, dari pagi hingga malam dan bahkan itu semua hampir dilakukan setiap hari. Makan seadanya, kadang ada yang membawa beras kemudian dimasak dirumahnya Faris, ada juga yang hanya sekedar makan angkringan setelah seharian membuat mochi, ada juga yang hanya makan mie dengan suguhan es teh beramai-ramai, dan semua itu kami sudah sangat merasa bersyukur. Makan dengan seadanya seteah seharian bekerja membuat mochi bersama-sama mereka, hal itu yang mungkin tidak akan pernah kami lupakan. Bukan hanya urusan makan saja kami jalani dengan apa adanya, bahkan untuk urusan beribadah pun kami lakukan dengan sederhana, ikhlas dan jamaah. Artinya, kami selalu menyempatkan diri untuk meluangkan waktu melaksanakan ibadah shalat 5 waktu berjamaah. Disela-sela istirahat membuat mochi kami menyempatkan waktu untuk beribadah, kadang yang menjadi imam adalah si Faris tapi kadang juga Kumle. Jujur, kedua orang cowok itu aku akuin fasih dalam melafalkan ayat-ayat suci Al-qur'an. Mendengarkan ayat-ayat suci keluar dari mulut mereka seakan hati aku bergetar mendengarnya, sungguh mereka membuat aku malu, malu karena aku tidak bisa fasih seperti mereka. Terkadang terbesit dalam doaku ketika berjamaah dengan mereka agar Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa menjadi seperti mereka, semoga Allah mengijinkan aku untuk melafalkan ayat-ayat suci Al-qur'an seperti mereka. dan terbesit pula dalam sujudku semoga Allah mengabulkannya, amin.
Kembali lagi dalam event ini.
Brosur Event Marketers
Lomba ini membuat kami merasa puas, mengapa? Iya, setelah seharian kami mempersiapkan semuanya hingga hari H kami dapat membuat mochi sekitar 130an untuk dibawa dalam lomba tersebut. Kami tiba pukul 08.00 dan hal yang tidak kami duga, puji syukur mochi kami laku semua hingga pukul 11.00 siang. Artinya, kami tidak ingin membuang kesempatan kami ini karena lomba selesai hingga pukul 17.00 kami memutuskan siang itu juga untuk memproduksi lagi mochi ice cream. Dengan segala keterbatasan bahan dan juga waktu, kami hanya mampu membuat sekitar 30an mochi. Kami bawa produksi mochi kedua kami pukul 15.00 dan sekali lagi, 15 menit setelah baru tiba disana mochi kami sudah langsung diburu habis dengan pengunjung disana. Alhamdulillah mochi kami semua laku keras saat itu. Perjuangan kami untuk mempersiapkan semua itu pun dibalas dengan rasa lega dan bangga kami. Setelah beberapa hari kami meluangkan waktu dari rutinitas kami sebagai seorang mahasiswa, akhirnya perjuangan ini tidak sia-sia. Meski kami tidak dapat memenangkan lomba ini, tetapi pengalaman mencari uang sendiri dengan jeripayah kami sendiri, serta segala pengorbanan kami dalam menjaga kekompakan team inilah yang menjadi kebanggaan tersendiri. Mereka, Faris, Kumle (Farel), Miul dan Aida adalah sebuah team yang konsekuen dengan apa yang telah mereka lakukan, mereka bertanggung jawab, bahkan mereka bukan hanya sekedar sebuah team, mereka telah menjadi seperti keluarga.. keluarga yang sama-sama mengawali dari nol, mengawali dengan sebuah kesederhanaan dan mengawali semua itu dengan sifat religius didalamnnya.
Mereka team yang hebat...
Jujur aku bangga menjadi salah satu bagian dari kehidupan kalian ini..
Kelak pengalaman ini akan selalu menjadi bagian terindah hingga masa tua nanti


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Kado Valentine Dari Tuhan


Debu Di Lantai Atas (Jemuran)

Bulan Februari banyak ditunggu-tunggu oleh para pasangan yang sedang memadu kasih. Bulan kasih sayang ini dimanfaatkan oleh semua orang untuk menyatakan perasaannya kepada pasangannya. Bisa dikatakan bulan ini identik dengan namanya coklat, yaaah maklum kebanyakan setiap pasangan saling memberikan coklat satu sama lain sebagai makna kasih sayang mereka. Coklat yang manis adalah salah satu cara setiap pasangan menyatakan perasaan manis mereka terhadapa pasangannya.
Tanpa diduga-duga oleh banyak orang, hari valentine day's tahun ini Tuhan juga ikut merayakannya. Meletusnya Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 22.55 waktu setempat, membuat semua orang terkejut. Dahsyatnya letusan gunung tersebut membuat semua orang panik karena letusan tersebut juga membawa hujan abu yang sangat pekat dengan jarak hujan abu tersebut hingga ke Yogyakarta, bahkan sampai ke Bandung, Jawa Barat
Keadaan Depan Kos
Cerita kali ini diawali pada hari Kamis, 13 Februari 2014, malam sebelum meletusnya Gunung Kelud. Malam itu aku diajak pergi kakakku ke Amplas. Kami berangkat dari kos ku pukul 19.00 hingga aku meminta kepada kakakku untuk pulang sebelum pukul 21.00 karena keesokan harinya ada tugas yang harus dikumpulkan dan posisi aku sama sekali belum mengerjakannya. Singkat cerita aku jalan-jalan dengan kakakku di Amplas, aku langsung masuk kamar kos ku pukul 20.45. Mungkin karena kecapekan aku memutuskan untuk tidur cepat dan baru akan mengerjakan tugasku keesokan harinya. Malam itu belum ada pukul 23.00 aku sudah tertidur, tapi ntah kenapa malam itu aku merasa kepanasan hingga terbangun beberapa kali. Hingga paginya alarm HP ku berbunyi pada pukul 05.40 untuk ibadah shalat subuh (hehehe jujur aku masih susah untuk bangun pagi, terutama buat shalat subuh.) Mungkin karena sudah terbiasa, setiap kali aku keluar kamar untuk mengambil air wudhu yang aku lihat selalu langit cerah (kesiangan), wajar saja kamar kos ku langsung berhadapan dengan luar. Begitu pula saat itu, karena alarmku telat bunyi hingga pukul 05.40 aku belum mengambil air wudhu, dengan buru-buru aku langsung bangkit dan keluar kamar. Masyaallah...!!! aku saat itu langsung terkejut, terasa sekali saat itu aku di lantai 2 kamar kosku, sendirian keluar kamar, dan terkejut biasanya langit sudah cerah tiba-tiba saat itu hampir pukul 06.00 langit masih gelap gulita seperti malam hari, benar-benar masih gelap sama sekali tidak ada sinar matahari. Sungguh, aku berasa saat itu seperti hari terakhirku di dunia ini. Dengan rasa takut dan kaget saat itu aku langsung menggedor-gedor kamar mbak Lina dan berteriak "ini kenapa?apa yang terjadi langit masih tampak gelap gulita dan hanya ada hujan abu yang pekat dengan bau belerangnya yang kuat?" Sumpah,,, saat itu aku langsung membangunkan semua kamar kos yang ada di lantai 2. Kebetulan juga malam sebelumnya penghuni kos semua tidur cepat, hingga akhirnya kami langsung berkumpul di kamarku menyalakan televisi mencari tahu apa yang terjadi, hingga akhirnya kami mendapat kabar bahwa itu semua adalah efek dari Gunung Kelud yang meletus pada malam sebelumnya.

Setelah kami tahu bahwa hujan abu yang kami dapatkan ini akibat dari meletusnya gunung Kelud, kami langsung menyusun rencana untuk berkerja bakti membersihkan kos-kosan
(maklum kos 217 ini bagaikan rumah kontrakan dimana kami tinggal satu rumah tanpa bapak kos kami.)
Sebenarnya, kos 217 ini berpenghuni sekitar 12 orang tapi, kebetulan saat kejadian itu di kos hanya tinggal kami ber-5 yaitu, aku, mbak asih, mbak tia, mbak ika dan mbak lina.
Penghuni kos yang lain masih ada yang sedang libur semester, kerja bahkan pulang kampung.
Mbak Asih dan Mbak Tiara
Rencana pertama yang kami susun adalah mengisi perut kami, dimana kami saat itu beramai-ramai membuat nasi goreng, baru sekitar pukul 10.50 kami memulai membersihkan kos. Kami mulai dari lantai atas, tepatnya genteng, kemudian lantai depan kamar kos kita masing-masing, dilanjutkan tempat jemuran, baru kemudian kami membersihkan lantai bawah.
Aku, mbak asih dan mbak tiara sempat dibikin kaget dengan betapa banyaknya abu yang kami dapatkan di tempat jemuran. 6 ember berisikan penuh abu yang kami dapatkan dan itu hampir sama dengan 1 karung beras atau bahkan lebih besar berisikan abu tersebut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Ungkapan yang Tersembunyi

Ada kalanya tidak semua hal bisa kita ceritakan atau kita bagi dengan siapa pun itu orangnya. Ntah itu karena hal yang benar-benar privasi buat diri kita atau bahkan karena kita sendiri yang tidak bisa merangkai kata-kata untuk menyampaikannya. Bisa jadi karena faktor tidak ingin ada yang tersinggung atau tersakiti dengan kata-kata yang nantinya kita ceritakan.
Langsung saja cerita kali ini lagi, lagi dan lagi tentang cowokku, Dion. Aku dulu sempat marah dan ngambek ketika dia hilang begitu saja tidak ada kabar. Kebiasaan dia yang pergi tanpa pamit, online tiba-tiba off tanpa pamit, di telp kemudian hening tanpa suara begitu dan begitu seterusnya.
Aku tidak mau menuntut dia setiap hari harus kasih kabar, tapi aku cuma ingin dia tidak datang dan menghilang begitu saja.
Aku disini menunggu... menunggu dan berharap aku bisa berkomunikasi dengannya.
Seiring berjalannya hubungan kami ini, satu sama lain juga telah saling mengenal dan memahami kebiasaan masing-masing (terutama aku yang kini mulai hafal dengan kebiasaannya.) Aku tahu dia capek, aku tahu jadwalnya dia pasti padat dan aku pun tahu dia juga berusaha untuk dapat berkomunikasi meski dengan peraturan-peraturan dia disana, tapi semua itu aku hadapi dengan kesabaran. Yaah, dia memang bukan cowok yang memiliki kehidupan bebas seperti di luar sini. Jujur terkadang aku merasa kasihan, ketika dia memiliki banyak waktu luang yang mungkin jarang sekali dia dapatkan, dia justru mempergunakan waktu itu untuk meneleponku (yaaaah, meski ujung-ujungnya tidak sampai 60 menit dia sudah tertidur) dan sifat dia yang satu ini pun masih dia terapkan sampai saat ini. Boleh saja kalian kira aku cewek yang tidak beruntung, sudah dibela-belain telp malah ngambek, padahal cowokku sudah melakukan kegiatan yang super padat disana. Sebenarnya bukan itu, tapi setidaknya dia itu pamit denganku jika memang kondisinya dia lelah dan ingin tidur, bukan justru hilang tanpa kabar saat meneleponku..
Aku senang meski hanya mendengar suaranya, aku juga senang dia sudah menghubungiku tapi aku tidak senang ketika kesenanganku untuk mendengarkan suaranya malah diganti dengan dengkuran dia tertidur tanpa pamit terlebih dahulu. Bisa dibayangkan, aku yang disini sudah menunggu dan berharap dapat kabar dari orang yang benar-benar aku sayangi justru cuma ditinggal tidur. Wajar aku marah ketika sikap dia yang seperti ini terus dan terus ia lakukan, meski kemarahanku itu juga bisa tertolong dengan kesabaranku untuk menemaninya selama dia disana. Semua itu demi hubungan yang sudah kami jalani selama ini, semua harapan yang pernah terlontarkan di mulut kita masing-masing, dan terlebih buat perasaan sayang ini yang membuatku sabar sampai saat ini.
Aku mungkin pernah berpikir apa yang pernah aku perjuangkan demi hubunganku dengannya ini akan berakhir sia-sia atau mungkin kesabaranku menghadapinya selama ini akan berakhir indah pada waktunya??? Pada waktunya yang sampai saat ini pun tidak jelas kapan waktunya itu...
Apa pun nantinya aku juga tidak ingin mempertaruhkan waktuku di dunia ini hanya untuk menunggunya, menunggu sesuatu yang tidak jelas hubungan ini mau seperti apa nantinya...
Satu sama lain harus menunjukkan sikap, apakah dia yakin dan siap untuk terus memperjuangkan hubungan ini atau malah justru memberikan harapan yang indah akan tetapi itu hanya sebuah kepalsuan semata dengan kata-kata indah yang terlontar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Hidup Tak Semudah yang Dibayangkan

Proses itu lama dan menyakitkan. Ntah, apa pun proses itu yang pasti untuk mendapatkan sesuatu hal yang kita inginkan diperlukan sebuah proses. Tidak ada yang instant dalam hidup ini terlebih untuk mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup kita.
Coretan-coretan tersebut muncul ketika temen satu kos Nakhel bertekad untuk berhenti kuliah melanjutkan bekerja. Dia adalah anak korban broken home, orang tuanya telah lama bercerai, bahkan ayahnya pun sempat tidak mengakui dia sebagai anaknya. Nakhel berasal dari daerah Ciamis, dia kuliah di UTY mengambil jurusan Manajemen Informatika. Sayang, dia kini tak memiliki semangat untuk melanjutkan kuliahnya lagi. Tak banyak yang tau Nakhel itu orang seperti apa, yang kami tau dia adalah anak yang baik, bersemangat dan tertutup untuk urusan pribadinya.
Mungkin inilah hidup yang sesungguhnya, penuh dengan lika liku, cobaan yang mau gak mau harus dihadapi dan yang pasti hidup tak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Semua tinggal kehendak Sang Kuasa mau seperti apa hidup kita karena bagaimana pun Dialah Sang Pencipta dan Pemilik Dunia ini, Dialah yang menciptakan kita yang nantinya juga kita akan kembali dengan-Nya. Jadi, kita sebaiknya mensyukuri dan jalanilah hidup ini. Meski hidup kita di dunia telah ada yang menentukan untuk kedepannya, tapi ingatlah bahwa kita yang menjalaninya, kita yang nantinya akan menentukan seperti apa jalan hidup kita.
Nakhel, adalah seseorang yang kuat, dia seorang gadis yang mampu melewati hidup yang keras ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Teringat Kembali Ke-11 Tahun yang Lalu

Foto Kebersamaan Kami dengan Ibu (almrh)




Itu adalah foto saat kami masih bersama, saat kami masih tinggal di rumah kami yang dulu (Temanggung) dan saat kami masih belum ditinggal oleh ibu untuk selama-lamanya. Tepatnya kapan foto itu diambil aku kurang tau (maklum saat itu aku kan masih kecil, lupaaa.) tapi setidaknya aku masih memiliki foto itu, yang mungkin akan selalu membuatku mengenang ibuku selamanya. Menceritakan sosok seorang ibu mungkin tidak akan pernah habis, seperti halnya di blog sebelumnya yang telah aku ceritakan sosok seorang ibu.
11 tahun sudah ibu meninggal, 11 tahun juga aku telah ditinggal oleh beliau. Walaupun sudah ada ibu tiri yang menemani bapak sekarang, tapi bagiku keluarga yang aku miliki adalah Mas Fandi dan bapak. Singkat cerita, kini aku telah beranjak dewasa. Aku kini telah kuliah di Jogja, hal ini yang terkadang aku tidak memiliki waktu banyak dirumah meski hanya sekedar kumpul bersama anggota keluarga. Begitu juga Mas Fandi, dia sekarang juga telah bekerja sambil kuliah profesi di Jogja, meski aku dan Mas Fandi sama-sama di Jogja, bukan berarti kami sering bertemu bagaimana pun kami juga memiliki kesibukkan masing-masing. Hanya saja yang saat ini aku rasakan adalah kedekatanku dengan Mas Fandi sekarang jauh lebih baik dari pada yang dulu waktu kami masih tinggal satu rumah. Makan bersama di Jogja berdua dengan Mas Fandi pun terkadang kami sempatkan pula bercerita mengenai kesibukan masing-masing. Menceritakan bagaimana kuliahku, bagaimana pekerjaan Mas Fandi di kantor bahkan tak jarang kami menceritakan urusan pribadi kami (pacar kita masing-masing.) Mungkin kedekatan kami ini karena kita sekarang jarang bertemu, bukan seperti dulu waktu kami masih sama-sama tinggal dirumah, yang ada kami hanya bertengkar terus. Apa pun yang terjadi sekarang ini, aku sangat mensyukurinya.
Bukan hanya kedekatanku dengan Mas Fandi saja yang berkembang baik, tapi dengan bapak pun juga demikian. Aku dan Mas Fandi selalu berusaha untuk setiap hari Sabtu kami pulang kerumah untuk sekedar kumpul bersama keluarga. Saat itu, ketika kami pulnag yang ada dirumah hanya bapak sendiri. Kebetulan ibuku yang sekarang dan adekku sedang berlibur di tempat eyang'nya.
Jujur saat itu aku merasa kembali ke zaman waktu aku, Mas Fandi dan bapak masih bertiga. Sore-sore kami bersantai di teras depan rumah sambil menceritakan kesibukkan kami masing-masing hingga berjam-jam. Serasa ini baru seperti keluarga yang sesungguhnya... yang dulu pernah kami miliki... yang dulu bapak dan ibu (masih ada) membangun sedikit demi sedikit keluarga kecil ini... hingga kini anak-anaknya telah tumbuh dewasa, seorang anak yang hidup tanpa dukungan dan kasih sayang yang benar-benar dari seorang ibu. Sungguh, mungkin ini tidak biasa aku rasakan lagi.
11 tahun telah berlalu begitu saja. Lika liku kehidupan sudah kami lewati dari mulai meninggalnya ibu, bapak menjadi single parent bagi aku dan Mas Fandi, bapak menikah lagi, kemudian kami pindah rumah ke Muntilan yang mau tidak mau kami harus mulai dari nol untuk bersosial dengan masyarakat sekitar, kemudian ibu ke-2 meninggal lagi, dan bapak juga tidak lama menikah kembali, hingga akhirnya kini aku memiliki seorang adek laki-laki dari ibu ku yang ke-3. Semua itu berlalu begitu saja selama 11 tahun,, yang pasti ini adalah garis hidup dari Tuhan untuk keluargaku, yang kami alami ini adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan.
Ibu ku tersayang...
Semoga suatu saat nanti kita akan dipersatukan kembali...
Mungkin bukan sekarang di dunia yang fana ini...
Tapi mungkin kelak di surga kita akan bersatu kembali..
Tuhan, terima kasih untuk hidup aku ini...
Ini mungkin jalan yang terbaik untukku...
Aku tidak akan lagi menyalahkan-Mu karena yang Engkau berikan ini adalah yang terbaik bagi kehidupanku, kehidupan Mas Fandi dan kehidupan bapak.
Terima Kasih Tuhan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Cerita yang Terlewatkan

Terakhir nulis blog disini bulan November. Kebetulan jadwal bulan Desember lalu begitu padat bagiku. Mulai dari persiapan untuk bazar Sunday  Morning di Xt-Square, acara dengan cowokku yang kebetulan bulan Desember ini dia cuti, sampai akhirnya aku melewati UAS Semester 3.
Awal cerita dari mulai acara bazar...
Stand Mochi Xt-Square
Acara tersebut diselenggarakan tanggal 22 Desember 2013. Malam sebelumnya aku, Aida, Faris dan Farel bersiap-siap untuk membuat mochi. Kebersamaan inilah yang sangat aku hargai, mereka adalah teman baru aku di kampus tetapi kita sudah dekat. Kami saling tau perbedaan yang ada, kekurangan satu sama lain, hal yang mungkin tidak wajar untuk kita bahas tapi bagi mereka itu sudah menjadi hal yang biasa, tidak ada saling sungkan lagi diantara kami. Satu lagi temanku adalah Miul, kebetulan malam sebelumnya dia mendapat bagian untuk kroscek lokasi tempat bazar kami. Singkat cerita, pagi pukul 04.30 aku sudah mulai bergegas membawa barang-barang di stand kami. Mochi yang kami buat sekitar 30an mochi alhamdulillah terjual semua saat itu. Kelelahan kami semalaman telah terbayar dengan hasil yang kami dapat. Mochi yang benar-benar kami buat sendiri, setelah mengalami banyak kegagalan sebelumnya akhirnya membuahkan hasil saat itu.
Cerita kemudian, tentang cowokku "LAGI" (hehehehe)
Foto kebersamaan kami waktu cuti
Alhamdulillah bulan Desember kemarin dia cuti. Lumayan cukup lama dia pulang kali ini, sekitar 2 minggu (bagiku itu waktu yang cukup lama.)  Sayangnya, kepulangannya dia kali ini aku tidak bisa menjemput karena persiapan bazar itu yang cukup banyak menyita waktuku. Kejutan bagiku adalah ketika dia mengajakku untuk datang makan bersama dengan keluarga lengkapnya di Sleman. Tepat selesai aku melaksanakan tugas bazar, siangnya aku langsung berangkat ke Sleman untuk sekedar bertemu dan makan bersama dengan keluarganya, lengkap! Sungguh hal yang membuatku bersyukur, karena cowokku telah berani memperkenalkan aku dan membuktikan perkataannya untuk bisa membuktikan keseriusan hubungan kita di hadapan keluarganya. Bukan itu saja, tahun baru ini kita lewati bersama, berdua menikmati pesta kembang api di dekat Tugu, Yogyakarta. Jujur itu adalah pertama kalinya aku melewati malam tahun baru bersama pasanganku sendiri, setelah sekian lama aku hanya melewati bersama keluarga atau bersama teman-temanku. Sungguh, libur cutinya kali ini dia begitu banyak memberiku kejutan yang sangat membuatku senang. Sampai akhirnya aku berkesempatan untuk mengantarkannya bertugas kembali untuk melaksanakan kewajibannya disana. Sudah menjadi hal yang wajib untuk aku usahakan mengantarkan dia kembali bertugas.
Kemudian cerita terakhirku dipertengahan bulan Januari 2014
UAS Semester 3 ini dimulai tanggal 5 Januari. Kebetulan untuk semester ini aku hanya mengambil 21 sks, jadi 2 minggu waktu normal ujian hanya aku lewati 7 hari. Ntah kenapa aku merasa bahwa semester ini bisa jadi nilai IPK ku menurun dari IP sebelumnya. 2 mata kuliah yaitu, akuntansi biaya dan akuntansi perbankan yang dapat membuat nilai ku turun. Saat ujian pun aku tidak bisa mengerjakan perhitungannya secara balance. Akuntansi biaya kebetulan aku tidak mengikuti 1x kuis selama perkuliahan karena aku harus mengantar cowokku kembali bertugas dan akuntansi perbankan pun sedikit aku menyumbang partisipasi di kelas. Sekarang aku hanya bisa pasrah untuk menerima hasilnya. Jika hasilnya jelek maka aku harus segera bangkit dan memperbaikinya, namun jika hasilnya baik (80% tidak yakin baik sebenarnya) aku cuma bisa bersyukur dan mempertahankannya. Bolehlah kita menyesal, tapi janganlah berlarut. Kini aku telah libur semester 3 selama 2 minggu, efektiv masuk mulai tangga 3 Februari dan tanggal 23 ini adalah hasil ujianku keluar nilainya. Aku hanya bisa berdoa yang terbaik karena aku merasa semster ini adalah semester yang berat bagiku, sungguh...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS