Teman Sederhana-Seperjuangan "Jogja-UTY"

Reza, Aida, Rahmat dan Aku
Jika di cerita sebelumnya aku menceritakan sahabat-sahabatku seperti Andre, Adhe, Sheli dsb, kini aku menceritakan kehebohan teman-temanku yang satu ini. Mereka adalah teman dekat yang aku temui selama aku kuliah di Jogja. Segala macam jenis tugas yang diberikan oleh dosen asalkan itu tugas kelompok, mesti selalu ada mereka untuk menjadi partnerku.  Yaa.. mereka dekat denganku sejak semester 3
Cukup mungkin prolognya, biar ceritanya lebih spesifik lagi...
Dimulai dari Reza..
Asal dia dari Temanggung, selain sibuk dengan kuliah dia juga sibuk dengan urusan pondok. Maklum aja dia berbeda dengan kebanyakan para mahasiswa perantauan lainnya, karena dia kuliah sambil belajar agama di pondok pesantren. Image pertama tahu dia anak pondok pesantren pastinya alim, tapi ternyata sekian lama aku kenal dengannya sisi alimnya pudar hahaha. Lucu memang karena justru image "mesum" lebih cocok buat dia (ups.. jangan mikir jelek tentang temenku ini) Hanya sekedar kalangan kami saja yang tahu kenapa image itu muncul buat dia hehehe. Tapi yang pasti dia salah satu teman yang menurutku kuat, karena aku baru tahu bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Setidaknya pertemananku dengannya mengajari kita untuk belajar bukan hanya urusan duniawi (mahasiswa) tetapi juga urusan akhirat (sebagai sosok anak pondok pesantren) meski begitu disela-sela pertemanan kami dia selalu mengajariku tentang agama yang sesungguhnya
Kemudian Aida..
Mungkin kalau Aida pernah aku ceritakan sebelumnya di blog ini. Dia memang sudah lama dekat denganku sebelum aku dekat dengan Reza atau Rahmat. Hingga kini pun aku dengan Aida semakin akrab. Dia satu-satunya teman yang pernah aku kenal dengan segala kepolosannya, ntah apa pun yang kita bicarakan dia akan mengubah suasana tersebut menjadi lucu karena kepolosannya. Apapun alasannya aku tidak begitu paham dia polos atau memang sikap lugunya itu yang terkadang disaat aku benar-benar badmood dia  yang selalu bisa menghibur di Jogja, dia teman yang lebih tahu keadaanku di Jogja karena hampir setiap hari ntah itu berangkat/pulang dari kampus dia selalu bersamaku, bahkan sampai ada kegiatan apa pun itu aku selalu bersama dia. Mungkin memang Aida yang saat ini selalu membiarkan aku untuk tetap tersenyum bahagia di Jogja, meski keluarga, second family, dan pacar masih belum bisa selalu berada disisiku.
Dan terakhir yaitu Rahmat...
Oiya sebelumnya aku ingin menyampaikan kalau terkadang aku memanggil dia dengan sebutan Mamat atau Mamooth, maklum nama Rahmat dikelasku ada dua hehehe. Nah, ngomongin orang satu ini sama aja kita sedang berhadapan dengan search engine Google. Temanku yang satu ini benar-benar mirip dengan google, hal yang asing di telinga kita bahkan sesuatu yang mungkin belum terpikirkan dalam otak kita, dialah orang yang bisa menemukan jawabannya. Masih ingat ketika aku sedang bercanda bersama mereka dengan kata-kataku "pertemanan kita hanya sebatas tisu toilet, tipis" kemudian setelah itu, tiba-tiba Mamat teringat bahwa "ada yang lebih tipis dari tisu, yaitu rambut kita karena rambut kita paling tipis" Mungkin memang sedikit tidak nyambung dengan kata-kataku tadi, tapi justru itulah yang membuat suasana saat itu dibuat ketawa semua dengan sikapnya. Diantara kami berempat Mamatlah yang mungkin memiliki wawasan luas, dia bilang kalau dia senang membaca (yaah, meski bacaannya itu bukan buku kuliahan) Dia berasal dari Palembang, dia anak perantauan yang paling jauh dari kita berempat. Dia suka ceramah meski dia bukan anak pondok pesantren seperti Reza. Dia tidak mau dipanggil jomblo karena bagi dia jomblo itu nasib, dia lebih memilih single karena katanya lebih terhormat kedudukannya karena single adalah sebuah pilihan dari suatu hubungan. Makanya dialah orang yang selalu memberikan ceramah buat aku dan Aida ketika kami sedang sama-sama galau dengan pacar kami yang statusnya sama-sama LDR dan Mamatlah orang yang selalu paling semangat buat ceramah (sebenarnya uda kebal diceramahin sama dia tapi gimana lagi, tiap hari hampir ketemu sama mereka) Untuk urusan kemiripan, Mamat lebih mirip ke Reza, dulu waktu aku baru kenal dia, Mamat adalah sosok orang yang alim dan cool tapi ternyata oh ternyata kami kenal mesumnya dia 11:12 sama Reza
Mungkin suatu saat nanti aku bakalan lebih detail lagi buat menceritakan mereka di lain hari, tapi sekarang aku sangat berterima kasih dengannya. Kami berempat sama-sama anak perantauan yang mungkin sama-sama jarang bersama keluarga, jarang kembali menikmati kampung halaman dan jauh dari orang-orang yang disayang. Akan tetapi, kami di Jogja selalu bisa membuat suasana nyaman dan merasa berarti ketika kami sedang berkumpul bersama. Reza, Aida dan Mamat mereka adalah orang-orang yang senasib dan seperjuangan di Jogja ini, mereka adalah orang-orang yang selalu disisiku, dan meski aku jauh dari keluarga, second family dan pacar, merekalah yang selalu ada buat aku tersenyum. Ketulusan dan kesederhanaan dari merekalah yang selalu memberikan aku semangat di Jogja karena mereka tidak akan pernah bisa tergantikan.
Saat ini kami mempunyai mimpi...
Dan mimpi kami berempat adalah WISUDA SARJANA EKONOMI BERSAMA-SAMA!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Teman Sederhana-Seperjuangan "Jogja-UTY""

Posting Komentar