Pengenalan Karakteristik Teman_Part 1

Aydha
Cewek imut, kecil, pendek dan gendhut itu namanya Siti Nuraydha. Aku kenal dia karena kita satu kampus, satu jurusan dan satu kelas pula sama dia. Mana kalau kemana-kemana itu aku sama dia di kampus bahkan jemput dia di terminal pun juga aku sampai-sampai tukang parkir di terminal itu ngira aku kakaknya Aydha coba, huft. Dia tuh enak orangnya, suka aku akhirnya menemukan seorang teman kayak dia. Kebiasaan kita tuch sama sampai sekarang sama-sama suka NELAT BERANGKAT KAMPUS, uda tahu masuk jam 07.00 kita sampai kampus jam 07.30, kita tuch gak pernah ON TIME itulah lucunya kita. Gak bisa dibayangin misal ada tugas presentasi jam 07.00 mungkin kita tetep bakalan nelat dan ujung-ujungnya dapat omelan dari kelompok kita hahaha. Dia pintar tapi pintarnya dia tuch "nyleneh" gak kayak anak-anak pintar biasanya yang cenderung serius disetiap mata kuliah. Hal yang paling seru tuh kalau keinget mata kuliah Manajemen dan Komunikasi Bisnis (kombis) hahaha setiap mata kuliah itu yang dimainin bukannya kertas dan bolpoin tapi HP masing-masing, aku download game dan aydha cuma sibuk maen facebook terus. Ujung-ujungnya kita pada kelabakan sendiri waktu uda UTS gara-gara catatan kita gak lengkap semua, mesti foto kopi sana sini pula. Bener-bener pas dech aku kenal dia, bersyukur banget aku ketemu sama Aydha...
Bonina, Aryanti dan Ratih
Selanjutnya...
Cewek berjilbab orange itu namanya Bonina. Waktu pertama masuk kuliah aku dekat dengan dia maklum aja dia orang pertama yang aku kenal mana kita tuh dari daerah yang sama, Muntilan. Banyak teman-temanku yang menyarankan untuk tidak terlalu dekat dengan Bonina, bahkan cowokku sendiri yang menyarankannya. Entah kenapa cuma perlahan semakin aku kenal dengan dia justru aku semakin bisa mengenal karakteristiknya dan ternyata benar aku gak begitu sejalan bila terus berteman dengannya. Sedangkan cewek tengah berjilbab pink itu namanya Aryanti, dia asli orang Cilacap. Dia sebenarnya baik banget, enak diajak cerita tapi sama dengan Bonina bahwa semakin aku kenal ternyata aku gak sejalan dengannya. Jujur untuk urusan teman memang aku lebih spesifik, berteman sech OKE cuma jangan sampai kita merasa dirugikan, jika teman itu membawa dampak yang positif buat kita maka kenapa tidak untuk kita pertahankan? Akan tetapi, jika dia membuat kita untuk bermalas-malasan dan mengganggu perkuliahan kita yaa kita juga harus bisa ambil sikap, tegas untuk tidak berdekat-dekatan lagi dengannya.
Farchani, Dina dan Ratih
Farchani nama cowok yang ada di foto itu, dia juga kebetulan berasal dari Muntilan sama dengan aku. Itu cowok simpel, pintar pula sampai-sampai IP'nya 3,5 keatas. Farchan itu lucu orangnya meskipun aku tidak terlalu dekat dengannya tapi setidaknya dia cowok netral untuk berteman dengan siapa pun termasuk aku. Sedangkan cewek tengah itu bernama Dina, dia asli orang Jogja. Baru sebentar aja kita kenal gara-gara aku dikelas itu sama si Aydha terus gak taunya malah bisa kenal sama si Dina. Gak beda jauh sama si Aydha kalau dia juga pintar tapi sayang perbedaan yang bertolak belakang adalah bahwa si Dina itu orangnya on time. Bisa dibilang kalau dia itu tidak pernah terlambat kalau ke kampus, sekalipun terlambat itu pun gara-garanya dia nungguin aku sama Aydha waktu mata kuliah Kombis. Dia juga orangnya welcome dengan siapa aja termasuk dengan mbak-mbak ku di kos. Meskipun dia jarang maen ke kos ku tapi ketika dia ke kos uda gak ada rasa canggung lagi ketemu sama mbak-mbak di kos. Itulah yang kadang aku selalu bersyukur bisa bertemu dengan teman-temanku seperti Dina dan Aydha. Sederhana, welcome, dan yang pasti selalu membangun aku untuk berbuat yang positif demi masa depanku. Semoga nantinya pertemanan kita ini bisa bertahan lama meskipun kita berasal dari daerah yang berbeda-beda dan yang pasti bahwa aku selalu bersyukur bisa berkenalan dengan kalian semua...
Muntilan_Jogja_Wonogiri

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Mayoritas yang Sia-sia


Pernah kamu merelakan sesuatu untuk seseorang yang mungkin hanya sebentar saja bersamamu?
Teman?
Sahabat?
Bahkan seorang kakak yang kamu anggap?
Jika ingat semua itu ternyata mirip orang bodoh aku ngelakuinnya. Sering kali aku berbohong sama orang tuaku hanya untuk bersama-sama pergi bareng, sampai aku bela-belain mending kena marah orang tuaku dari pada aku gak bisa ikut. Aku bela-belain rela pulang sampai rumah jam 23.00 buat pergi ke Jogja dengan tujuan gak jelas. Bukan hanya itu, pernah waktu itu aku sakit demam tapi justru aku bela-belain pergi hanya untuk menjemput temanku sekolah, pulang cepet-cepet sampai kehujanan demi untuk bersama dia eh gak taunya malah dia gak ada ditempat, dibelain pergi kerumahnya padahal untuk kesana butuh waktu 45 menit (sekali berangkat belum baliknya) karena uda janji buat pergi bareng gak taunya sampai sana dia batalin seenaknya sendiri tanpa alasan yang jelas akhirnya nasibku sampai sana juga bisa dikatakan sia-sia.
Dan...
Itulah yang sering terjadi, aku rela menunggu seseorang yang mungkin sebelumnya berniat untuk menemaniku tapi ujung-ujungnya dia tak pernah datang. Membatalkan janji dengan seenaknya sendiri padahal tanpa disadari orang yang disini sudah rela menunggu dan sangat, sangat berharap dia menepati janjinya walau hanya untuk sekedar makan atau pergi sebentar dan itu gak butuh waktu 2 jam!!!
Kecewa jelas itu jawabannya tapi toh siapa aku?
Seberapa pentingkah arti aku dalam kehidupannya?
Pernah aku alami hal tadi, menunggu tapi ujungnya dia tak pernah datang, berjanji tapi akhirnya dia batalkan, dan semua berujung pada kekecewaan yang bisa aku pendam. Aku mungkin terlalu berharap jika arti kehadiranku begitu sangat berarti dalam kehidupannya sehingga aku berpikir bahwa ketika aku menunggu dia untuk pulang dia pun juga akan berpikiran segera pulang karena tahu ada aku disini dan ketika kita berjanji untuk pergi dia juga akan berusaha menepatinya demi pergi bersamaku. Namun sayang, mungkin arti kehadiranku buat dia gak sebesar yang aku bayangin.
Jujur aku memang terkadang lebih memayoritaskan orang yang ada disekitarku, terkadang bisa aku lebih mengutamakan sahabatku dari pada keluargaku sendiri, bahkan bisa juga aku rela mengutamakan hari-hariku bersama orang yang jelas dia hanya sebentar bersamaku dari pada keluargaku sendiri. Aku memang bodoh karena terkadang ketika aku memayoritaskan kebersamaanku dengan mereka tapi justru mereka tak meresponku, tak mempedulikan bahwa “ini lho ada aku disini, kita mungkin cuma sebentar bersama-sama makanya aku tak ingin melewatkan setiap moment ku bersama kalian, aku ingin kebersamaan yang sesaat ini berisi penuh makna”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS