Ungkapan yang Tersembunyi

Ada kalanya tidak semua hal bisa kita ceritakan atau kita bagi dengan siapa pun itu orangnya. Ntah itu karena hal yang benar-benar privasi buat diri kita atau bahkan karena kita sendiri yang tidak bisa merangkai kata-kata untuk menyampaikannya. Bisa jadi karena faktor tidak ingin ada yang tersinggung atau tersakiti dengan kata-kata yang nantinya kita ceritakan.
Langsung saja cerita kali ini lagi, lagi dan lagi tentang cowokku, Dion. Aku dulu sempat marah dan ngambek ketika dia hilang begitu saja tidak ada kabar. Kebiasaan dia yang pergi tanpa pamit, online tiba-tiba off tanpa pamit, di telp kemudian hening tanpa suara begitu dan begitu seterusnya.
Aku tidak mau menuntut dia setiap hari harus kasih kabar, tapi aku cuma ingin dia tidak datang dan menghilang begitu saja.
Aku disini menunggu... menunggu dan berharap aku bisa berkomunikasi dengannya.
Seiring berjalannya hubungan kami ini, satu sama lain juga telah saling mengenal dan memahami kebiasaan masing-masing (terutama aku yang kini mulai hafal dengan kebiasaannya.) Aku tahu dia capek, aku tahu jadwalnya dia pasti padat dan aku pun tahu dia juga berusaha untuk dapat berkomunikasi meski dengan peraturan-peraturan dia disana, tapi semua itu aku hadapi dengan kesabaran. Yaah, dia memang bukan cowok yang memiliki kehidupan bebas seperti di luar sini. Jujur terkadang aku merasa kasihan, ketika dia memiliki banyak waktu luang yang mungkin jarang sekali dia dapatkan, dia justru mempergunakan waktu itu untuk meneleponku (yaaaah, meski ujung-ujungnya tidak sampai 60 menit dia sudah tertidur) dan sifat dia yang satu ini pun masih dia terapkan sampai saat ini. Boleh saja kalian kira aku cewek yang tidak beruntung, sudah dibela-belain telp malah ngambek, padahal cowokku sudah melakukan kegiatan yang super padat disana. Sebenarnya bukan itu, tapi setidaknya dia itu pamit denganku jika memang kondisinya dia lelah dan ingin tidur, bukan justru hilang tanpa kabar saat meneleponku..
Aku senang meski hanya mendengar suaranya, aku juga senang dia sudah menghubungiku tapi aku tidak senang ketika kesenanganku untuk mendengarkan suaranya malah diganti dengan dengkuran dia tertidur tanpa pamit terlebih dahulu. Bisa dibayangkan, aku yang disini sudah menunggu dan berharap dapat kabar dari orang yang benar-benar aku sayangi justru cuma ditinggal tidur. Wajar aku marah ketika sikap dia yang seperti ini terus dan terus ia lakukan, meski kemarahanku itu juga bisa tertolong dengan kesabaranku untuk menemaninya selama dia disana. Semua itu demi hubungan yang sudah kami jalani selama ini, semua harapan yang pernah terlontarkan di mulut kita masing-masing, dan terlebih buat perasaan sayang ini yang membuatku sabar sampai saat ini.
Aku mungkin pernah berpikir apa yang pernah aku perjuangkan demi hubunganku dengannya ini akan berakhir sia-sia atau mungkin kesabaranku menghadapinya selama ini akan berakhir indah pada waktunya??? Pada waktunya yang sampai saat ini pun tidak jelas kapan waktunya itu...
Apa pun nantinya aku juga tidak ingin mempertaruhkan waktuku di dunia ini hanya untuk menunggunya, menunggu sesuatu yang tidak jelas hubungan ini mau seperti apa nantinya...
Satu sama lain harus menunjukkan sikap, apakah dia yakin dan siap untuk terus memperjuangkan hubungan ini atau malah justru memberikan harapan yang indah akan tetapi itu hanya sebuah kepalsuan semata dengan kata-kata indah yang terlontar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS